Sudah Ampun, Suami di Jawa Timur Minta Cerai Tak Kuat Layani Nafsu Istri 9 Kali Sehari Semalam






Seorang suami di Tulungagung, Jawa Timur, minta cerai.

Penyebabnya tak bisa lagi melayani permintaan Istri, sehari bisa sembilan kali bercinta.

Sedang viral di lini masa cerita tentang seorang suami di Tulungagung yang menggugat cerai istrinya yang hiperseks.

Sang istri diceritakan bisa meminta jatah berhubungan intim sembilan kali dalam sehari.

Menurut salah seorang psikolog asal Tulungagung Ifada Nur Rohmania, hubungan seksual yang tidak terkontrol pada seorang perempuan disebut Nymphomania.

Namun sang perempuan sangat dimungkinkan tidak menikmati hubungan tersebut.

"Sangat dimungkinkan justru tidak menikmati hubungan seksual itu sendiri, karena bisa akibat depresi, masalah karir, percintaan yang gagal, dan sebagainya," kata Ifada dikutip dari detik.com (15/08/2020).


Dijelaskan Ifada, persoalan hiperseksualitas biasanya disebabkan oleh berbagai faktor. Di antaranya adalah bentuk dari pelarian sebuah persoalan yang bersumber oedipal yang tidak teratasi.

"Kebutuhan untuk membuktikan derajat maskulinitas dan feminitas bahkan kebutuhan untuk mendapatkan kasih sayang dengan hubungan intim," jelas Ifada.

Di sisi lain persoalan hiperseksualitas pada perempuan juga bisa diakibatkan oleh aktivitas masturbasi, kebiasaan menonton konten pornografi, hingga seks berbayar atau hubungan seks dengan banyak pasangan.

"Nymphomania bisa dilakukan therapy seperti CBT (cognitive Behavioral Therapy) ,ACT (Acceptance and Commitment Therapy) serta intervensi medis obat - obatan," tandas Ifada.

Dalam ilmu kesehatan ada istilah hiperseks. Banyak yang mengartikan ini sebagai gairah seks yang berlebihan. Sejauh mana batasan hingga seseorang disebut atau menderita hiperseks?

Jika tingginya aktivitas seksual sampai berpengaruh terhadap kehidupan normal serta menghambat kerja dan hubungan sosial, itu indikasi hiperseks.

Pada kasus hiperseks karena mania, penderita harus menjalani terapi psikiatrik di bawah pengawasan dokter jiwa. Kok dokter jiwa? Ya, soalnya gangguan ini bukan semata-mata masalah hormon seks, tetapi masalah kejiwaan.





Artikel Terkait

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel